CIRI-CIRI SIFAT MUSLIM YANG IKHLAS (KHUTBAH JUM'AT)


(H. ABDUL HAMID ABDULLAH)

Ikhlas adalah suatu kata yang tidak asing lagi di telinga kaum muslimin. Gampang diucapkan, tetapi sulit mengamalkan. Sebuah kata yang singkat namun sangat besar maknanya. Sebuah kata yang seandainya seorang muslim terhilang darinya, maka akan berarkibat fatal bagi kehidupannya, baik kehidupan dunia, terlebih lagi kehidupannya di akhirat kelak. Itulah dia sebuah keikhlasan. Amal seorang hamba, tidak akan diterima jika amal tersebut dilakukan tidak ikhlas karena Allah.
Imam Ghozali mengatakan ikhlas adalah : perbuatan yang bersih dari riya’ dan ditujukan untuk mencari ridlo Allah. Pekerjaan yang tujuannya semata-mata murni mencari ridha Allah SWT (pelakunya disebut Mukhlish) Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam mengatakan : “Amal itu kerangka yang mati, dan ruhnya ialah keikhlasan yang ada padanya”.  Allah SWT berfirman :

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya” (Qs. Az Zumar : 2)
Keikhlasan merupakan syarat diterimanya suatu amal perbuatan di samping syarat lainnya yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِىَ بِهِ وَجْهُهُ

“Allah tidak menerima amalan melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari ridho Allah”(HR. Ibn Majah)
Dalam hadits R. Muslim diceritakan “Ada seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya? Orang itu pun menjawab : “Tidak hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itupun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karenaNya. (HR. Muslim). Hadits ini menjelaskan bahwa tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali ikhlas hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Rasulullah SAW juga bersabda :
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ

Artinya :”Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu” (HR. Bukhari). Jama’ah rohimakumullah.. “hanya” dengan sesuap makanan yang diberikan suami kepada istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena  Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Begitu pula pengabdian seorang istri kepada suami dan anak-anaknya yang dilakukan ikhlas karena Allah. Bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita dengan niat mengharap ridlo Allah
          Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh orang lain?” maka Rasulullah pun menjawab : “Dia tidak mendapatkan apa-apa” Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah pun menjawab : “Dia tidak mendapatkan apa-apa” Kemudian beliau berkata : “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali apabila amalan itu dilakukan ikhlas karenaNya. (Hadits Shahih Riwayat Abud Daud dan Nasai). Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang berjihad, suatu amalan yang sangat besar nilainya, namun tidak ikhlas dalam amal perbuatannya, maka dia pun tidak mendapatkan balasan apa-apa dari Allah SWT. Syaikh Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa : “Amalan yang dilahirkan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi SAW, bagaikan musafir yang membawa bekal berisi pasir, bekal tersebut hanya memberatkan belaka, namun tidak membawa manfaat apa-apa”. Abdullah bin Mubarok berkata: Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat. Jamaah yang berbahagia...
          Memang keikhlasan adalah amal pribadi, yang tempatnya di hati dan menjadi rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Namun keikhlasan mempunyai ciri dan tanda yang dapat ditemukan dalam kepribadian orang yang beramal dengan ikhlas. Diatara tanda-tanda dan ciri-ciri tersebut adalah :
1.     Hanya mencari ridha Allah, bukan kepentingan duniawi.
Orang ikhlas tidak mengharapkan apapun dan dari siapapun, kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari mempersembahkan. Sebaliknya, orang yang tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup, karena banyak berharap dari makhluk.
2.     Sama antara ketika di puji atau dicela.
Orang ikhlas dipuji atau di caci sama saja, asalkan apa yang ia lakukan benar caranya dan lurus niatnya tidak ingin dipuji dan tidak takut dicaci.
3.     Tidak membeda-bedakan amal besar dan amal kecil.
Orang ikhlas tidak sibuk melihat besar kecilnya amal. Ia hanya sibuk dengan apa yang disukai Allah. Tidak ada yang kecil dihadapan Allah. Yang kecil hanyalah amal yang tidak ikhlas.
4.     Nikmat berbuat amal.
Orang yang ikhlas, kebahagiaannya bukan dari mendapatkan pujian, namun dari optimalnya amal. Karena itu orang ikhlas akan tangguh dan istiqamah dalam ibadah.
5.     Tidak pernah merasa sempurna.
Seorang yang berbuat ikhlas selalu menuduh dirinya serba kurang. Ia tidak pernah merasa sempurna dalam melaksanakan ibadah. Sehingga ia berusaha beramal / beribadah untuk lebih baik dan lebih baik. inilah yang tercermin dari sikap para utusan Allah dan ulama salaf.

          Menurut ulama Sufi, Rabi’ah Al-Adawiyah, keikhlasan itu terbagi menjadi 3 derajat :
Pertama, beribadah kepada Allah karena mengharap pahala surga dan takut pada siksa neraka.
Kedua, beribadah kepada Allah untuk menghormatiNya dan mendekatkan diri padaNya.
Ketiga, beribadah kepada Allah demi Dia bukan karena mengharap surgaNya dan bukan karena takut nerakaNya.
Yang ketiga inilah derajat ikhlas yang tertinggi. Karena, ia merupakan derajat ikhlasnya para siddiqin yaitu orang yang mencapai keimanan tingkat tinggi.
 Dalam ungkapan lain dari ulama sufi disebutkan bahwa orang yang beribadah karena takut neraka maka itu keikhlasan seorang budak. Sedangkan yang beribadah karena mengharap surga, maka disebut keikhlasan seorang pedagang.
Untuk mengakhiri pembahasan yang singkat ini, maka kami akan menyampaikan beberapa manfaat, yang akan didapatkanoleh orang yang ikhlas. Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (mukhlis), maka keikhlasannya tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya. Allah berfirman tentang perkataan Iblis laknatullah alaihi yang artinya : Iblis menjawab : قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ  إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semua, Kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas di antara mereka” (QS. Shod : 82-83)
          Disamping itu suatu amal yang ikhlas juga memiliki berbagai faedah keutamaan. Ikhlas akan membuat hidup seseorang selalu bahagia, jauh dari kekecewaan dan sakit hati. Karena ia sadar bahwa ia beramal bukan mengharap balasan dari manusia yang kerap mengecewakan. Kalaupun dikecewakan, ia tidak akan berhenti dari beramal dan terus mengabdikan hidupnya hanya untuk mencari ridha Allah SWT.
          Semoga kita semua selalu mendapatkan taufiq dan hidayah dari Allah SWT sehingga kita dapat menjadi orang yang selalu dapat ikhlas dalam beramal dan mendapatkan ridho dan ampunanNya. Amin.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ
وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ