Sapi Kurban dari Presiden Jokowi Seberat 1,25 Ton

Presiden RI Joko Widodo kurban sapi seberat 1,25 ton di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya yang diserahkan Gubernur Jawa Timur Soekarwo kepada Ketua Dewan Pembina masjid Tri Sutrisno. Sapi tersebut berjenis Simental berusia tiga tahun yang dibeli dari seorang peternak di Bojonegoro dan merupakan sapi pemenang lomba ternak di Lamongan tahun ini.
Sholat Idul Adha bertindak sebagai imam adalah KH. Abdul Hamid Abdullah yang merupakan Imam Besar Masjid Al-Akbar, dan khatib yakni mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Muhammad Nuh. Foto Wang
"Terima kasih kepada semuanya dan semoga Indonesia semakin sejahtera. Saya juga berpesan mari meramaikan masjid bukan hanya sekadar fisik, tapi disertai kesadaran spiritual," kata Try Sutrisno yang juga wakil Presiden RI era Soeharto ini.

 Selain sapi kurban dari  Presiden, Gubernur  juga menyerahkan sapi jenis sama dengan berat 1,1 ton pada  panitia Idul Adha. "Saya mewakili Presiden menyerahkan hewan kurban ini untuk dibagikan kepada yang berhak," ujar Soekarwo usai mengikuti Sholat Idul Adha 1436 Hijriah di Masjid Al-Akbar Surabaya, Kamis (24/9).

Selain itu, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf juga menyerahkan kurban ke perwakilan Masjid Islamic Center, Kapolda Jatim menyerahkannya ke Panti Asuhan At-Tauhid Kepuh Kiriman, Waru Sidoarjo,dan Kepala Pengadilan Tinggi ke Masjid Al-Hakim Jalan Sumatera Surabaya.

Kemudian, Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim menyerahkan kurban ke Masjid Baitul Haq di Jalan Ahmad Yani Surabaya, Panglima Armada Timur ke Masjid Al-Mubaroq Talun Kabupaten Blitar, Sekdaprov Jatim ke Masjid Baitul Hamdi di komplek Kantor Gubernur, serta Komandan Kobangdikal ke Masjid Quwwatul Bahriyah Bumimoro.

Menurut Humas Masjid Al Akbar Surabaya  Helmy M Nooer, jumlah hewan kurban di Masjid Al Akbar Surabaya tahun ini mencapai 21 ekor sapi dan 58 ekor kambing. Daging kurban dibagikan pada warga sekitar masjid dan bekerja sama dengan sejumlah masjid penyangga di Surabaya.

Sementara itu, pada Sholat Idul Adha bertindak sebagai imam adalah KH. Abdul Hamid Abdullah yang merupakan Imam Besar Masjid Al-Akbar, dan khatib yakni mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Muhammad Nuh yang menyampaikan ceramah bertema "Menyemai Budaya Keteladanan,"  Lebih dari 50 ribu jamaah memenuhi masjid terbesar kedua di Indonesia tersebut dengan khidmat. (pul/**)

Salat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya

Salat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya-2Salat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya-0Salat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya-1Pelaksanaan Salat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya berlangsung hidmat. Ribuan umat Muslim memadati masjid terbesar di Surabaya ini. Hatib Salat Idul Adha di Masjid Al Akbar adalah mantan Menteri Pendidikan M Nuh dan imam KH Abdul Hamid Abdullah yang merupakan Imam Besar Masjid Al Akbar Surabaya.

https://photo.sindonews.com/view/14572/salat-idul-adha-di-masjid-al-akbar-surabaya

Niat Puasa, romadhonI atau romadhonA?

Nawaitu shauma Ghodin, ‘An ada’i fardli syahri Romadlo……………..NI atau NA? 
unnamed (3)Sering kali kita mendengar niat puasa itu dilantunkan dalam bentuk pujian sebelum shalat. Namun kita sering dibingungkan sebab beberapa komunitas masyarakat khususnya warga NU membacanya dengan beberapa versi. Ada yang membacanya RomadloNA ada yang membacanya RomadloNI. Lantas manakah yang benar?
Lafad ‘Romadlon’ dalam kajian ilmu nahwu merupakan bentuk kategori isim ghair munsharif karena mempunyai akhiran huruf alif dan nun. Dalam ilmu nahwu, isim ghair munsharif mempunyai pembahasan dan hukum yang berbeda dengan isim-isim yang lain. Selain tidak bisa menerima tanwin, tanda baca untuk isim ini ketika berkedudukan ‘jer/khafadl’ itu dibaca fatihah. Sebagaimana yang diterangkan dalam satu bait alfiyah karangan Ibn Malik:
و جر بالفتحة مالا ينصرف مالم يضف او يك بعد ال ردف
Artinya: setiap isim yang tidak munsharif dijerkan dengan harakat fatihah, selama tidak mudlof (diidlofahkan) atau tidak jatuh sesudah al.
Jika melihat kedudukan lafad ‘Romadlon’ dalam lafad niat di atas, maka ia berkedudukan sebagai mudlof ilahi dari lafad Syahr, tetapi ia juga menjadi mudlof pada lafad Hadzihis Sanati. Secara kaidah nahwu, seharusnya lafad ‘Romadlon’ dibaca menggunakan harakat kasrah (harakat asli jer) menjadi RomadloNI bukan RomadloNA, sehingga untuk kasus ini jernya isim ghair munsharif (lafad Romadlon) yang menggunakan fatihah tidak berlaku lagi, karena lafad Romadlon menjadi mudlof terhadap lafad hadzihis sanati.
Dalam kitab-kitab fiqh juga diterangkan cara membacanya dengan harakat kasrah (RomadloNI, di antaranya dalam kitab I’anatut Tholibin  Juz 2 Hal. 253 ketika menerangkan lafad niat puasa Ramadlan sebagai berikut:
…(قوله: بالجر لإضافته لما بعده) أي يقرأ رمضان بالجر بالكسرة، لكونه مضافا إلى ما بعده، وهو اسم الإشارة.
Artinya: … (ucapan penulis: dengan jer, karena idlofahnya lafad Romadlon terhadap lafad setelahnya) maksudnya lafad Romadlon dibaca jer dengan kasrah, karena kedudukannya sebagai mudlof terhadap lafad setelahnya yaitu isim isyarah.
Akan tetapi bisa saja lafad Romadlon dibaca menggunakan fathah dengan memberhentikan kedudukannya sebagai mudlof ilahi  dari lafad syahr. Dengan syarat lafad sesudahnya hadzihis sanah dibaca nashob dengan harakat fathah karena berkedudukan menjadi dharaf zaman. Sehingga cara membacanya adalah ‘An ada’i fardli syahri RamadloNA hadzihis SanaTA.  Akan tetapi yang demikian ini jarang digunakan oleh kitab-kitab fiqh, sebab mayoritas kitab memudlofkan lafad Romadlon pada lafad hadzihis sanati untuk menunjukkan kekhususannya

Sumber

AL-QUR’AN SEBAGAI OBAT PENYEMBUH PENYAKIT ROHANI/JIWA



Oleh : H. Abd Hamid Abdullah
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan (sedangkan) Kami telah menurunkan al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia tidaklah menambah kepada orang-orang yang dhalim selain kerugian”.
Allah telah menurunkan al-Qur’an sebagai obat penawar keraguan dan penyakit-penyakit yang ada dalam dada. Al-Qur’an juga adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia (al-Qur’an) tidaklah menambah kepada orang-orang yang dhalim selain kerugian disebabkan oleh kekufuran mereka
Kata شِفَاء syifa’ biasa diartikan kesembuhan atau obat dan digunakan juga dalam arti keterbebasan dari kekurangan atau ketiadaan aral dalam memperoleh manfaat.
Bahwa sementara ulama memahami ayat-ayat al-Qur’an dapat juga menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani. Mereka merujuk kepada sekian riwayat yang diperselisihkan nilai dan maknanya, antara lain riwayat oleh Ibn Mardawaih melalui sahabat Nabi SAW, Ibn Mas’ud RA yang memberitakan bahwa ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW mengeluhkan dadanya, maka Rasul SAW bersabda: “Hendaklah engkau membaca al-Qur’an”. Riwayat dengan makna serupa dikemukakan juga oleh al-Baihaqi melalui Wai’lah Ibn al-Ashqa’.
Prof Quraisy Syihab berpendapat bahwa yang dimaksud dalam ayat dan hadits Nabi itu bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit rohani/jiwa yang berdampak pada jasmani. Ia adalah psikomatik. Memang tidak jarang seseorang merasa sesak nafas, dada bagaikan tertekan karena adanya ketidakseimbangan rohani.
Sufi besar al-Hasan al-Bashri -sebagaimana dikutip oleh Muhammad Sayid Thanthawi- dan berdasar riwayat Abu As-Syeikh berkata: ”Allah menjadikan al-Qur’an obat terhadap penyakit-penyakit hati, dan tidak menjadikannya obat untuk peyakit jasmani”.
Thabathaba’i memahami fungsi al-Qur’an dalam arti menghilangkan dengan bukti-bukti yang dipaparkannya aneka keraguan/syubhat serta dalih yang boleh jadi hinggap di hati sementara orang. Hanya saja ulama ini menggarisbawahi bahwa penyakit-penyakit tersebut berbeda dengan kemunafikan apalagi kekufuran. Di tempat lain dijelaskannya bahwa kemunafikan adalah kekufuran yang disembunyikan, sedang penyakit-penyakit kejiwaan adalah keraguan dan kebimbangan batin yang hinggap dihati orang-orang beriman.
Rahmat Allah dipahami dalam arti bantuan-Nya sehingga ketidakberdayaan itu tertanggulangi. Bahkan -seperti tulis Thabathaba’i- rahmat-Nya adalah limpahan karunia-Nya terhadap wujud dan sarana kesinambungan wujud serta aneka nikmat yang tidak terhingga.
Rahmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada orang-orang mu’min adalah kebahagiaan hidup dalam berbagai aspeknya, seperti: pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, akhlak yang luhur, amal-amal kebajikan, kehidupan berkualitas di dunia dan di akirat, termasuk perolehan surga dan ridho-Nya. Karena itu jika al-Qur’an disifati sebagai rahmat untuk orang-orang mu’min, maka maknanya adalah limpahan karunia kebajikan dan keberkahan yang disediakan Allah bagi mereka yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang diamanatkan al-Qur’an.
Ayat ini membatasi rahmat al-Qur’an untuk orang-orang mu’min, karena merekalah yang paling berhak menerima sekaligus paling banyak memperolehnya.  Akan tetapi ini bukan berarti bahwa selain orang mu’min tidak memperoleh walau secercah dari rahmat akibat kehadiran al-Qur’an. Perolehan mereka yang sekedar beriman tanpa kemantapan, jelas lebih sedikit dari perolehan orang mu’min dan perolehan orang kafir lebih sedikit dibanding orang-orang yang sekedar beriman.
1.   Keutamaan Surat al-Fatihah
Allah menjadikan al-Fatihah sebagai hujjah, penyembuh, pemelihara dan pelindung bagi kita. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh aku akan mengajarkan padamu surat paling agung yang diturunkan padaku, sebelum engkau keluar dari masjid”. Maka menjelang keluar masjid, Rasulullah SAW mengajarkan kepadanya as-Sab’ul Matsani (HR. Bukhari)

Rasulullah bersabda: “Allah SWT berfirman: “Aku membagi sholat antara Aku dan hambaKu menjadi 2 bagian. Jika hambaKu berkata: ”Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”. Allah berkata: “HambaKu memuji Aku”. Apabila ia mengucapkan: ”Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Allah berfirman: “HambaKu menyanjungKu”. Apabila ia mengucap: “Yang menguasai hari pembalasan” Allah berfirman: “HambaKu memuliakanKu”. Apabila ia mengucapkan: ”Hanya kepadaMu aku menyembah dan hanya kepadaMu aku memohon pertolongan”, Allah berfirman: “Ini antara Aku dan hambaKu”. Dan apabila ia mengucapkan “Tunjukilah aku ke jalan yang lurus” Allah berfirman :“Ini bagi hambaKu dan baginya segala yang dimohon” (HR. Muslim)
Sejatinya surat al-Fatihah adalah penyembuh: kesembuhan maknawi dan kesembuhan fisik. Surat al-Fatihah mendatangkan kesembuhan bagi paham-paham yang menyimpang seperti zindiq dan ateisme; sebagaimana al-Fatihah juga mendatangkan kesembuhan bagi penyakit-penyakit lahiriah.
Dalam hadits Abu Sa’id disebutkan tentang seorang yang disengat binatang berbisa, lalu dibacakan padanya surat al-Fatihah. Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Abu Sa’id adalah sahabat yang membacakan al-Fatihah. Ketika Rasululloh melihatnya, beliau bertanya: “Apa yang engkau baca untuknya?” Abu Sa’id menjawab : “Aku membacakan untuknya Fatihah”. Rasulullah tersenyum dan bertanya: “Apa yang membuatmu tahu bahwa al-Fatihah itu penyembuh?” (HR. Bukhari dan Musim).
2.   Nama-nama Surat al-Fatihah
Disebut dengan as-Sab’ul Matsani (tujuh yang terulang), as-Shalah, Ummul Qur’an (induk al-Qur’an), asy-Syafiyah (penyembuh), al-Kafiyah (pelindung), al-Fatihah (pembuka) dan disebut pula al-Qur’anul adhzim

Pemberdayaan LPTQ sebagai Basis Perekrutan Peserta MTQ *



A. Dasar
1- Keputusan bersama Menag dan Mendagri no  128 A  th 82/ 48 th 82  tentang usaha pengembangan organisasi LPTQ.
2- Keputusan bersama Menag dan Mendagri  no 128 A  th 82/ 48 th 82 tentang usaha peningkatan kemampuan baca tulis al-qur’an bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
3- Keputusan Menag no 240 th 89 tentang susunan organisasi dan tata kerja LPTQ.
4- Keputusan Menag no 286/89 tentang susunan pengurus LPTQ tingkat nasional.
5- Instruksi LPTQ tingkat nasional no 02 th 1989 tentang peningkatan pengajian al-qur’an.

B. LPTQ sebagai Lembaga yang Menangani Pengembangan Al-qur’an
1- Berdasarkan pasal 3 keputusan bersama Menag dan Mendagri no 128 A  th 82/ 48 th 82ffmaka untuk mencapai tujuan itu, LPTQ melakukan usaha-usaha :
a-   Menyelenggarakan MTQ tingkat nasional dan daerah.
b- Menyelenggarakan pembinaan tilawah, tahfidz, puitisasi dan  ipameran al-qur’an
c- Meningkatkan pemahaman al-qur’an melalui penterjemahan, ipenafsiran,    pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat.
d- Meningkatkan penghayatan dan pengamalan al-qur’an dalam  ikehidupan sehari-hari.
2-  Pasal 9 ayat 4 tentang organisasi dan kepengurusan, menyebutkan tentang   bidang-bidang dalam kepengurusan LPTQ meliputi:
a- Bidang pembinaan
b- Bidang pendidikan dan pelatihan
c- Bidang perhakiman
d- Bidang publikasi dan dokumentasi
e- Bidang usaha dan dana
f- Bidang penelitian dan pengembangan
3- Pasal 16 menyebutkan tentang pembiayaan kegiatan LPTQ di daerah, bersumber pada bantuan pemerintah daerah dan sumbangan masyarakat.
4-  Pasal 35 Keputusan Menag no 240/89 tentang susunan organisasi dan tata kerja LPTQ, bahwa sumber keuangan LPTQ diperoleh dari bantuan pemerintah, masyarakat dan usaha-usaha lainnya yang sah.
5-  Pasal 13 tentang hubungan instansional dalam kegiatan LPTQ dilakukan antara Menag dengan Gubernur/KDH selanjutnya antara Gubernur/KDH dengan Bupati/Walikota/KDH dan antara Bupati/Walikota/KDH dengan Camat.

C. Upaya pemberdayaan LPTQ sebagai basis perekrutan peserta MTQ:
1- Memberdayakan kepengurusan LPTQ sesuai dengan tupoksi masing-masing, utamanya bidang-bidang a) Pembinaan, b) Pendidikan dan pelatihan, c) Perhakiman, d) Publikasi dan dokumentasi, e) Usaha dan dana, f) Penelitian dan pengembangan.
      Catatan : Bidang-bidang tersebut tidak akan berdaya tanpa adanya program dan penyediaan dana yang pasti, dan bidang mana yang perlu diprioritaskan.
a)      Bidang pembinaan:
Sementara ini pembinaan MTQ dilaksanakan secara musiman, yaitu hanya ketika akan menghadapi MTQ. Itupun hanya beberapa bulan, atau beberapa minggu bahkan beberapa hari saja. (Bandingkan dengan lomba olahraga seperti: sepak bola, bulutangkis, renang, dsb).
Pembinaan ini sebenarnya bisa dilaksanakan dengan berbagai cara:
1-Pembinaan oleh LPTQ dengan dana yang telah disediakan APBD yang dibantukan kepada LPTQ Propinsi atau Kab/Kota.
   Contoh :> Propinsi Jatim (dengan waktu beberapa bulan menjelang MTQ)
                 >  Kab Sidoarjo (dengan waktu beberapa tahun sebelum MTQ Prop)
                 >     dan Kabupaten lainnya.

2- Pembinaan oleh non LPTQ
     a- JAMQUR          :contoh di Kab. Malang, Ponorogo, iPasuruan, dll
     b- Ponpes               :contoh di Asembagus, Tambak Beras, PIQ iSingosari,    PP. Huffadz Tebuireng, PP iMojokerto, PPTQ, dll
     c- Ta’mir Masjid     :contoh MAS Al-akbar, Kemayoran, IAIN,  imasjid Caruban, dll.
     d- Depag                :contoh Bidang Penamas, Depag Madiun,    iDepag Nganjuk
                        Adapun bentuk pembinaan ada beberapa macam:
1- Kolektif : Pembinaan dilaksanakan bersama-sama semua tingkatan dan golongan dipusatkan pada sebuah tempat dengan dibagi percabang dan golongan.
2- Titipan : Peserta dititipkan di rumah pembina, sesuai dengan cabang/golongannya, pada saatdan waktu tertentu.
3- Mandiri : a) Peserta berlatih sendiri dengan dating ke rumah Pembina secara suka rela pada saat tertentu. b) peserta berlatih bersama-sama dengan teman latih yang lainnya. c) peserta mendengarkan, menirukan kaset Qori’/hafidz yang masyhur/qori’ Mesir/Internasional.
Pembinaan mandiri ini perlu disosialisasikan kepada para peserta agar mereka mau datang untuk tasheh kepada para pembina di daerahnya atau diluar daerah.
Dari berbagai bentuk pembinaan tersebut, maka sebaiknya LPTQ bisa mengambil peran antara lain:
Ø  Memantau berbagai kegiatan pembinaan dimaksud lewat pembina daerah atau pemantauan dari LPTQ Prop Jatim.
Ø  Membantu, bekerjasama dengan LPTQ daerah untuk mengadakan pembinaan di daerah tingkat II (Kab/Kota).
Ø  LPTQ Prop/Daerah bila mungkin memberikan bantuan/bekerjasama dengan para penyelenggara pembinaan non LPTQ, untuk mengadakan pembinaan dalam rangka mencari bibit-bibit unggul.
Ø  Mendata kader-kader potensial yang muncul dalam pembinaan, untuk diikutkan dalam MTQ tingkat Kab/Kota.
Ø  Untuk meningkatkan wawasan peserta, maka LPTQ perlu membuat kaset/CD bimbingan tilawah, dll atau memperbanyak kaset-kaset Mesir/ Qori’/Hafidz Internasional untuk dibagikan ke daerah-daerah.
Ø  LPTQ Jatim perlu memiliki studio rekaman dan harus mempunyai perpustakaan LPTQ yang berisi buku-buku tentang al-qur’an/ tafsir/ MFQ/ MSQ/ kaligrafi ataupun kaset qori yang masyhur di Timur Tengah dan juara-juara Internasional/ Nasional, CD penampilan peserta MTQ/ kafilah Jatim yang berhasil di tingkat nasional, sebagai acuan/ rujukan bagi peserta binaan LPTQ  daerah.
Ø  Ada wacana MAS al-akbar, LPTQ, Pemprov untuk membentuk wadah pembinaan/kaderisasi peserta MTQ dengan membentuk PTIQ.
b)     Pendidikan dan Pelatihan:
-Diklat pembina/pelatih
-Pelatihan perhakiman
ü  Peran para pembina sangat penting. Merekalah yang akan memberikan bimbingan, arahan kemana seorang peserta harus berpartner, meniru dan berkreasi. Oleh karena itu wawasan seorang pembina juga harus ditingkatkan melalui diklat.
ü  Begitu pula para hakim MTQ dari berbagai cabangnya. Apabila seorang hakim tidak mengerti kreteria penilaian, maka dia akan menilai sesuai kemampuannya, sehingga kurang obyektif (jawa: anut grubyuk). Hal itu tentu dapat merugikan peserta dan pihak-pihak terkait.
c)      Publikasi, dokumentasi dan pelaksanaan MTQ
*      Sesuatu yang menarik namun tidak dipublikasikan akan sia-sia karena tidak ada memori yang merekam kejadian itu. Publikasi pembinaan atau moment-moment MTQ dapat dijadikan pelajaran bagi yang melihatnya. Diharapkan ada media elektronik/cetak yang bisa merekamnya.
*      Dokumentasi
Selama ini dokumentasi MTQ daerah maupun nasional kita kurang memadai bahkan lemah. Mengapa? Karena tupoksi kepengurusan belum bejalan dengan baik. Sekretariat belum berjalan secara maksimal.
d)     Pelaksanaan MTQ
Pelaksanaan MTQ merupakan salah satu wahana untuk menguji kemampuan seorang peserta MTQ, apakah dia dapat tampil dengan baik, cukup atau kurang. Dari situlah akan ditemukan bibit unggulan dearah masing-masing yang nantinya akan dikirim mewakili daerahnya menuju jenjang yang lebih tinggi.
                                                        i.            Penyelenggaraan MTQ perlu diperluas volume pelaksanaannya. Seperti halnya olahraga, semakin sering ”uji tanding” semakin kuat mental dan kemampuannya.
Adapun penyelenggara MTQ di Jatim yang masih eksis dan perlu didukung adalah :
1.      MTQ LPTQ Kab/Kota – Prop – Nasional
2.      MTQ JAMQUR tingkat wilayah dan nasional
3.      MTQ PT Telkom tingkat divisi s/d nasional
4.      MTQ antar mahasiswa
5.      MTQ festival anak soleh (tingkat anak)+ tartil
6.      MTQ Pengarmatiman (AL)
7.      MTQ RRI-TVRI (Jatim dan Jakarta)
8.      MTQ antar karyawan PLN
9.      MTQ Departemen Perhubungan.
10.  dll
                                                      ii.            Hadiah/penghargaan juara MTQ
v  Dari berbagai even penyelenggaraan MTQ, masalah hadiah/penghargaan masih sangat memprihatinkan. Lebih-lebih kalau dibandingkan dengan lomba kesenian umum apalagi kejuaraan olahraga.
v  Perlu upaya kerjasama dengan parasponsor atau donatur sehingga peserta dan pembina lebih bersemangat dalam menggapai prestasi.


Kesimpulan:
  1. Untuk memberdayakan LPTQ agar dapat merekrut peserta MTQ yang handal, maka masing-masing pengurus LPTQ diharapkan dapat melaksanakan tupoksi dan pembinaan secara baik, terencana, terpadu dan berkesinambungan.
  2. Agar roda LPTQ dapat menggelinding dengan baik, maka hendaknya sekretariat LPTQ diberi petugas khusus.
  3. Agar program-program LPTQ dapat berjalan dengan lancar perlu diupayakan peningkatan anggaran tetap, bantuan APBD, bantuan masyarakat dan usaha-usaha lain yang halal.



















* Disampaikan pada acara Rapat Kerja LPTQ Prop.Jawa Timur yang dilaksanakn tgl 25-27 Mei 2009    di Hotel Pelangi, Jl. Merdeka Selatan 3, Malang, oleh: H Abd Hamid, SH, Msi (Dosen STAIN Kediri, Ketua V LPTQ Prov Jatim)          

Contoh Do'a Pembukaan Jalan Tol




Ya Allah Ya Rohman Ya Rohim.. Di tempat ini, kami bermunajat, memanjatkan do’a dan puji syukur ke hadhirat-MU, atas terlaksananya peresmian jalan Tol Surabaya-Mojokerto dengan baik. Semoga Engkau memberkahinya.
Ya Allah..Engkau dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Penolong. Bimbinglah kami dalam pengelolaan jalan Tol ini. Bimbinglah para pimpinan, karyawan dan para pekerja yang akan melanjutkan proyek jalan ini. Anugerahkanlah mereka kekuatan, keamanan, keselamatan, keberkahan dan kemudahan. Sehingga dapat terselesaikan sesuai target dengan sempurna.

Ya Allah Ya Karim.. Engkaulah dzat yang Maha Mulya.. Jadikanlah jalan tol ini sebagai jalur distribusi perekonomian masyarakat, jalur silaturrohim para musafir dan jalan untuk merenungi indahnya alam ciptaan-MU.
Ya Allah.. Engkaulah dzat yang Maha Melindungi dan Maha Pengampun..Lindungilah pengguna jalan dari segala musibah.. Tuntunlah kami ke jalan yang lurus..Jauhkanlah kami dari segala bencana..Ampunilah segala dosa kami, para pemimpin  dan kedua orang tua kami.
Ya Allah..Engkau yang Maha Mengetahui apa yang terbersit dalam hati kami..kabulkan semua harapan kami..

Oleh: KH. Abd Hamid Abdullah
 

CIRI-CIRI SIFAT MUSLIM YANG IKHLAS (KHUTBAH JUM'AT)


(H. ABDUL HAMID ABDULLAH)

Ikhlas adalah suatu kata yang tidak asing lagi di telinga kaum muslimin. Gampang diucapkan, tetapi sulit mengamalkan. Sebuah kata yang singkat namun sangat besar maknanya. Sebuah kata yang seandainya seorang muslim terhilang darinya, maka akan berarkibat fatal bagi kehidupannya, baik kehidupan dunia, terlebih lagi kehidupannya di akhirat kelak. Itulah dia sebuah keikhlasan. Amal seorang hamba, tidak akan diterima jika amal tersebut dilakukan tidak ikhlas karena Allah.
Imam Ghozali mengatakan ikhlas adalah : perbuatan yang bersih dari riya’ dan ditujukan untuk mencari ridlo Allah. Pekerjaan yang tujuannya semata-mata murni mencari ridha Allah SWT (pelakunya disebut Mukhlish) Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam mengatakan : “Amal itu kerangka yang mati, dan ruhnya ialah keikhlasan yang ada padanya”.  Allah SWT berfirman :

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya” (Qs. Az Zumar : 2)
Keikhlasan merupakan syarat diterimanya suatu amal perbuatan di samping syarat lainnya yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِىَ بِهِ وَجْهُهُ

“Allah tidak menerima amalan melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari ridho Allah”(HR. Ibn Majah)
Dalam hadits R. Muslim diceritakan “Ada seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya? Orang itu pun menjawab : “Tidak hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itupun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karenaNya. (HR. Muslim). Hadits ini menjelaskan bahwa tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali ikhlas hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Rasulullah SAW juga bersabda :
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ

Artinya :”Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu” (HR. Bukhari). Jama’ah rohimakumullah.. “hanya” dengan sesuap makanan yang diberikan suami kepada istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena  Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Begitu pula pengabdian seorang istri kepada suami dan anak-anaknya yang dilakukan ikhlas karena Allah. Bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita dengan niat mengharap ridlo Allah
          Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh orang lain?” maka Rasulullah pun menjawab : “Dia tidak mendapatkan apa-apa” Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah pun menjawab : “Dia tidak mendapatkan apa-apa” Kemudian beliau berkata : “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali apabila amalan itu dilakukan ikhlas karenaNya. (Hadits Shahih Riwayat Abud Daud dan Nasai). Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang berjihad, suatu amalan yang sangat besar nilainya, namun tidak ikhlas dalam amal perbuatannya, maka dia pun tidak mendapatkan balasan apa-apa dari Allah SWT. Syaikh Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa : “Amalan yang dilahirkan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi SAW, bagaikan musafir yang membawa bekal berisi pasir, bekal tersebut hanya memberatkan belaka, namun tidak membawa manfaat apa-apa”. Abdullah bin Mubarok berkata: Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat. Jamaah yang berbahagia...
          Memang keikhlasan adalah amal pribadi, yang tempatnya di hati dan menjadi rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Namun keikhlasan mempunyai ciri dan tanda yang dapat ditemukan dalam kepribadian orang yang beramal dengan ikhlas. Diatara tanda-tanda dan ciri-ciri tersebut adalah :
1.     Hanya mencari ridha Allah, bukan kepentingan duniawi.
Orang ikhlas tidak mengharapkan apapun dan dari siapapun, kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari mempersembahkan. Sebaliknya, orang yang tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup, karena banyak berharap dari makhluk.
2.     Sama antara ketika di puji atau dicela.
Orang ikhlas dipuji atau di caci sama saja, asalkan apa yang ia lakukan benar caranya dan lurus niatnya tidak ingin dipuji dan tidak takut dicaci.
3.     Tidak membeda-bedakan amal besar dan amal kecil.
Orang ikhlas tidak sibuk melihat besar kecilnya amal. Ia hanya sibuk dengan apa yang disukai Allah. Tidak ada yang kecil dihadapan Allah. Yang kecil hanyalah amal yang tidak ikhlas.
4.     Nikmat berbuat amal.
Orang yang ikhlas, kebahagiaannya bukan dari mendapatkan pujian, namun dari optimalnya amal. Karena itu orang ikhlas akan tangguh dan istiqamah dalam ibadah.
5.     Tidak pernah merasa sempurna.
Seorang yang berbuat ikhlas selalu menuduh dirinya serba kurang. Ia tidak pernah merasa sempurna dalam melaksanakan ibadah. Sehingga ia berusaha beramal / beribadah untuk lebih baik dan lebih baik. inilah yang tercermin dari sikap para utusan Allah dan ulama salaf.

          Menurut ulama Sufi, Rabi’ah Al-Adawiyah, keikhlasan itu terbagi menjadi 3 derajat :
Pertama, beribadah kepada Allah karena mengharap pahala surga dan takut pada siksa neraka.
Kedua, beribadah kepada Allah untuk menghormatiNya dan mendekatkan diri padaNya.
Ketiga, beribadah kepada Allah demi Dia bukan karena mengharap surgaNya dan bukan karena takut nerakaNya.
Yang ketiga inilah derajat ikhlas yang tertinggi. Karena, ia merupakan derajat ikhlasnya para siddiqin yaitu orang yang mencapai keimanan tingkat tinggi.
 Dalam ungkapan lain dari ulama sufi disebutkan bahwa orang yang beribadah karena takut neraka maka itu keikhlasan seorang budak. Sedangkan yang beribadah karena mengharap surga, maka disebut keikhlasan seorang pedagang.
Untuk mengakhiri pembahasan yang singkat ini, maka kami akan menyampaikan beberapa manfaat, yang akan didapatkanoleh orang yang ikhlas. Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (mukhlis), maka keikhlasannya tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya. Allah berfirman tentang perkataan Iblis laknatullah alaihi yang artinya : Iblis menjawab : قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ  إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semua, Kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas di antara mereka” (QS. Shod : 82-83)
          Disamping itu suatu amal yang ikhlas juga memiliki berbagai faedah keutamaan. Ikhlas akan membuat hidup seseorang selalu bahagia, jauh dari kekecewaan dan sakit hati. Karena ia sadar bahwa ia beramal bukan mengharap balasan dari manusia yang kerap mengecewakan. Kalaupun dikecewakan, ia tidak akan berhenti dari beramal dan terus mengabdikan hidupnya hanya untuk mencari ridha Allah SWT.
          Semoga kita semua selalu mendapatkan taufiq dan hidayah dari Allah SWT sehingga kita dapat menjadi orang yang selalu dapat ikhlas dalam beramal dan mendapatkan ridho dan ampunanNya. Amin.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ
وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ